Jumat, 05 Oktober 2012

BALADA SEORANG ANAK JALANAN


Aku tahu pandangan orang tentang diriku
Mengamen, memulung bahkan meminta-minta di jalanan 
Hanya untuk bertahan di kota yang kejam ini
Tahukah engkau tiada yang peduli denganku ini
Orang tuaku malah menyuruh aku mencari uang sendiri
Barangkali engkau pasti bertanya Apakah aku bersekolah
Bila ada yang bertanya seperti itu aku pasti tertawa
Buat apa sekolah yang hanya mencegahku mencari makan
Buat apa sekolah yang mengungkung jiwaku yang merdeka ini
Kalau engkau menyalahkan diriku
Coba aku bertanya balik kepada engkau apa yang harus aku lakukan
Apakah sesudah engkau mengecam diriku lalu aku bisa berubah sekejap mata
Aku bukan siapa-siapa 
Tiada yang peduli dengan diriku yang papa
Jangan tanya tentang orang tuaku
Kemiskinan membuat mereka tiada peduli dengan diriku ini
Kadang aku bertanya kepada tuhan 
Buat apa aku dilahirkan
Apa dosaku hingga terlantar seperti ini
Kenapa semua menjadi bisu tuli!!!!!!!!!!!



Selasa, 02 Oktober 2012

RINDU DENDAM



Kesedihan menjadi selimutku
Yang tak lepas dari tubuhku
Pandang kelabu di bibir pantai
Mengenang dirimu
Senyum yang tertoreh dipasir abadi

Kesedihan menjadi selimutku
Mengungkung diriku pada saat senja biru
Di seantero lembah ngarai
Mengenang dirimu
Langkah lincah di padang luas berseri

Kucari senyummu di bibir pantai
Kucari langkahmu dibadan gunung
Ternyata pilu tlah menjadi penghuni hati
Rasa sembilu membungkus luka

Kapankah nyeri ini berhenti
Tiada yang tahu
Dan akupun tak ingin tahu

DIPOHON INI



Dipohon ini kenangan waktu yang telah berlalu 
merekam perjalanan hidupmu dan hidupku
bercumbu dengan masa yang tidak akan berhenti
setua kota ini yang pernah kita tempati

Bilakah kau ingat pernah dengan nakal kita pahat namamu dan namaku
senyum lesung pipimu mengharu biru hatiku
kuraih wajahmu dalam kalbuku
di taman kota semasa kita bersama
merajut impian dan asa di dada

Ternyata perjumpaan kita hanya sekejap
engkau dan aku harus berpisah
di lain tempat di lain suasana
ternyata waktu tidak bersahabat dengan kita
engkau dan aku tidak akan bisa bersatu

Namun pasti kuingat pohon yang pernah mempersatukan kita
pada hari ini di taman kota ini
teringat canda remaja senyum cakrawala
setua kota ini yang pernah kita tempati










Entah kenapa di malam ini aku ingat pada mami

Entah kenapa di malam ini aku ingat pada mami
Sejuta langkah terasa dekat dalam hati
Ketika engkau marah, ketika engkau tertawa
Berpadu mewarnai waktu

Mi, sampai saat ini aku masih merawat bunga anyelir kesukaanmu ini
bunga yang tidak bisa tegak sendiri persis seperti aku ini
hanya bertemankan kursi roda yang setia menemaniku sampai kini

Mi, sampai saat ini aku masih merawat bunga anyelir kesukaanmu ini
bunga yang selalu berwarna cerah
Secerah senyummu yang menerangi gelapnya hatiku 

Entah kenapa malam ini aku ingat pada mami
Sejuta pahit sejuta madu lebur menjadi asa
Berpadu satu dengan kenanganku pada dirimu

Doaku selalu untuk mamiku
Restumu selalu memeluk langkahku




GUNUNG CIREMAI




Disepanjang jalur Linggajati kulewati jalan-jalan terjal
Menuju hutan pinus di Cibunar sebelum ke Watu Lingga

Masih kusimpan kenangan manis kita berdua
Menapak jalan menuju gunung Ciremai nan perkasa

Aku masih ingat betapa sulitnya jalan setapak itu
Aku masih ingat betapa jalur yang curam, terjal serta badai menghentikan langkahmu

Yah di pos Cigorowong ini aku menyaksikan tubuhmu yang tegar menjadi layu
Aku tidak bisa meninggalkanmu, engkau hanya bisa bersandar dibahuku di goa Lawet
Menunggu malaikat maut yang sudah menunggu

Disela-sela wajah yang pucat dan napas yang melemah itu masih kulihat senyum manismu
Dan engkau berkata betapa bahagianya kamu disisiku dan betapa kau mencintaiku ‘tuk selamanya

Langit berselimut duka dan tangispun menyesakkan dada
Selamat jalan kekasihku, dipenghujung tahun kedua aku mengingat kebersamaan terakhir kita
Di puncak gunung Ciremai ini


Senin, 01 Oktober 2012

GONG XI FA CAI 2563

Tak pernah aku bayangkan pada hari ini aku yang setua ini melihat keramaian yang pernah terjadi pada masa kecilku. 

Dimana masa ketika Ceng Beng, Cioko, Se Jit Hok tek ceng sin, Cap go meh bahkan wayang Potehi merajut sukma.

Di Poo An Kiong sejumput riwayatku menyerabut keluar tentang indahnya masa lalu.

Di Miao ini aku bertemu dengan kekasihku yang sekarang sudah mengarungi bahtera kehidupan hampir selama empat windu.

Ah indahnya masa lalu, sejuknya masa sekarang.Kau harus juga melihat di Poncowinatan, betapa indahnya perpaduan adat Jawa dan Tionghoa. 

Terima Kasih Gus Dur, Gus telah membebaskan bangsa ini dari tembok tebal PENJARA SEMPIT KEBERBEDAAN untuk menuju RUMAH LAPANG KEBERSAMAAN KEBANGSAAN

Gong Xie! Fat! ” Chai” “Sin Nie Chin Phu” “Wan Se Ju Ie” “Sen Thie Chien Kang” Wishing You A Happy and Prosperous Chinese New Year! Gong Xi Fa Cai 2563!